Gara - Gara Surat Cinta


                   Hari Senin adalah hari yang tidak aku suka. Tahu kenapa ? Karena hari Senin aku mulai mengawali aktivitas yang sangat melelahkan. Sebelum aku memulai kisahku, kenalin dulu namaku Giya Citraningtias. Biasanya teman – teman memanggilku Giya. Aku bersekolah di SMA Bakti Umum di daerah Bandung.
              Pagi – pagi aku sudah berangkat ke sekolah pukul 06:15, karena setiap hari Senin di sekolahku selalu diadakan upacara bendera dan aku tidak ingin terlambat. Sesaat setelah bel berbunyi, aku dan teman – temanku pergi ke lapangan untuk upacara, Cuaca hari ini sangat panas, sehingga keringat deras mulai keluar membasahi baju seragamku. Aku hanya berdiri memperhatikan upacara sambil mengeluh.
              “Sudahlah, kamu jangan mengeluh ! Sebentar lagi upacaranya juga akan selesai.” Kata Lilis yang dari tadi memperhatikanku. Akupun mencoba menikmati jalannya upacara yang terasa sangat lama bagiku. Akhirnya upacara selesai, aku dan teman – teman segera kembali ke kelas.
              Aku lupa kalau hari ini adalah hari piketku. Aku mulai menyapu sambil mengeluarkan sampah – sampah kertas yang ada dalam di dalam meja. Namun, aku curiga dengan salah satu kertas berwarna pink yang baru saja aku kelurkan dari dalam meja. Aku mulai membaca kertas itu sambil meletakkan sapu.Tapi sepertinya ini bukan kertas biasa.
              “Hei  teman – teman, aku menemukan surat cinta...” aku berteriak sambil mengangkat kertas yang ada di tanganku. Teman – teman mulai menghampiriku, mereka sangat penasaran. Ruli yang saat itu berada disampingku, langsung mengambil surat itu dan membacakan dengan suara keras.
              “Dear... Difa. Sebenarnya sudah sejak dulu aku mengagumimu. Matamu yang indah, mulutmu yang mungil dan badanmu yang indah seakan membius diriku untuk memilikimu. Tapi ibuku tidak mengizinkankku... Walau hanya dari jauh, aku sudah merasa puas dapat memandangmu. Tertanda Revon.” Kata Ruli mengakhiri kalimatnya.
              Difa dan Revon adalah teman sekelasku. Mereka memang sering digosipkan saling suka, namun mereka tidak mau mengakuinya. Sejak kejadian itu, Difa dan Revon menjadi salah tingkah ketika berpapasan. Kabar tentang Revon yang membuat surat cinta untuk Difa, semakin menyebar ke seluruh penjuru kelas. Bahkan, teman - teman banyak yang merasa mereka sudah berpacaran. Tapi aku mencari inforamasi tentang kebenaran berita itu. Ruli yang terkenal dengan anak yang usil, selalu mengejek Difa dan Revon.
              Saat istirahat tiba, aku melihat Revon sedang duduk di kursinya sambil menunduk. “Von, kamu kenapa?” tanyaku. Revon hanya menjawab pertanyaanku dengan senyuman. Kemudian aku mulai memancing Revon agar mau bicara denganku. Tetap saja Revon hanya tersenyum. “Tidak ada apa - apa kok.” Jawabnya dengan nada lemas. Aku yang merasa penasaran terus mendesak Revon agar mau bicara denganku.
              “Kamu kenapa? Apa kamu diejek sama Ruli lagi gara – gara surat cinta itu.” tanyaku dengan nada penasaran. Tapi Revon tetap diam seribu bahasa. Aku merasa sangat bersalah dengan Revon, karena gara – gara aku telah menyebarkan surat itu. Revon menjadi murung dan pendiam. Akhirnya aku minta maaf kepada dia. Lilis yang melihatku kebingungan, langsung berjalan menuju aku dan Revon. Lilis berusaha menenangkanku.
              “Giy, kamu tahu masalah surat itukan ? Aku menulis surat itu bukan untuk Difa yang ini.” Kata Revon dengan suara berat. “Maksud kamu, ada Difa yang lain ?” tanyaku kurang mengerti. Revon menjelaskan bahwa surat itu bukan surat cinta tapi ia hanya menulis untuk melegakan hati. Tapi aku dan teman – teman sudah salah mengartikanya.
              Sebenarnya Revon ingin memelihara Kucing yang bernama Difa yang ia temukan di jalan. Tapi ibunya tidak mengizinkan. Kata ibunya kucing yang dari jalanan bisa saja punya penyakit. Aku dan Lilis tertawa terbahak – bahak mendengar cerita Revon. Aku tidak menyangka kalau yang dimaksud adalah Difa seekor kucing.


                                                                                                                    Penulis :
Aristia Anggraeni S.
 


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ceritanya cukup bagus dengann ending yang mengejutkan.... ditingkatkan lagi dalam merangakai kata-katanya agar membuat hidup suasaana cerita.... khususnya di bagian percakapannnya terdapat beberapa tanda baca yang kurang tepat, sehingga pembicaraan terasa hambar (hihihi....)
semangat!!!!!

aristia anggraeni mengatakan...

mksi ..
sran yg sngat brguna ..

Posting Komentar